Thursday, January 3, 2008

Guru Dan Pemimpin

Kita berfikir kenapa penulis memilih judul "Guru Dan Pemimpin", tentu saja sebagian dari kita bahkan penulis sendiri menjadi penasaran dengan judul yang penulis pilih ini Memangnya apa sih sebenarnya yang sama antara guru dan pemimpin itu?, Apa sih yang hubungannya guru dengan pemimpin?. Banyak lagi pertanyaan yang muncul di fikiran penulis saat mendengar kalimat "Guru Dan Pemimpin" ini. Agar Tidak penasaran terus-menerus, penulis mencoba untuk mengupas agak sedikit mengenai sebuah kalimat ini, mari kita fikirkan bersama...!



PENDAHULUAN


Dalam Al-quran Allah menjelaskan bahwa kita wajib mentaati Allah dan rasulnya, dan juga Pemimpin dianatar akita . Dan Allah SWT juga menjelaskan bahwasanya setiap manusia itu adalah pemimpin. Penulis tidak akan menjelaskan yang mana ayat yang menjelaskan hal tersebut. Seorang manusia yang beriman tentu tidak akan melanggar apa-apa yang telah dikatakan Allah di dalam firmannya itu.

Jadi Apa hubungannya dengan guru?, nah itu dia, coba kita pahami sedikit demi sedikit dahulu. Apa arti guru itu sebenarnya?, dan apa arti Pemimpin itu sebenarnya?. Dalam sebuah pepatah menyatakan "Guru Kencing berdiri, Murid kencing berlari", tentu kita sudah paham dengan pepatah ini. Jika kita cocokkan pepatah ini dengan kenyataannya, memang banyak kesamaannya. Seorang guru akan menjadi panutan dan contoh bagi muridnya, nah begitu juga dengan pemimpin. Pemimpin yang sukses akan menjadi pedoman dan acuan dari pengikut-pengikutnya. Nah dari sini kita dapat memahami bahwa pemimpin dan guru merupakan suatu figur yang akan di contoh oleh orang-orang sekitarnya. Guru, dalam artinya guru berati mengajarkan, berarti sebuah kepandaian yang dimiliki seseorang, bersumber dari guru, baik itu guru secara langsung baik tidak langsung mengajarkan setiap detail pengetahuannya. Ajaran secara tidak langsung berarti ajaran yang diberikan dengan cara memberikan contoh kepada orang-orang sekitarnya, atau seseorang mencontoh cara dan bagaimana perbuatan seorang figur yang di contohnya. Guru bukan saja seorang pengajar di sekolah-sekolah atau lembaga pendidikan, tapi setiap yang memberikan sebuah pelajaran atau contoh juga merupakan guru. Jadi setelah memahami hal ini, kita menyimpulkan bahwa seorang pemimpin adalah guru.

Berbicara tentang guru sebenarnya bukanlah suatu hal yang luar biasa. Juga bukan suatu masalah baru yang sulit dimengerti. Kita sudah mengetahui apa itu guru,dan paham apa saja yang menjadi tugas utama seorang guru dalam masyarakat, bagaimana seharusnya seorang guru membawa diri dalam pergaulannya setiap hari, serta hal-hal apa saja yang tidak diperbolehkan baginya demi menjaga identitasnya sebagai pernimpin dan teladan di tengah-tengah orang lain.

Namun demikian untuk bertindak sebagai seorang guru sejati rupanya bukan hal yang mudah. Apalagi kalau mau bertindak sebagai seorang guru yang benar-benar sesuai dengan hakikatnya sebagai pemimpin dan teladan bagi orang lain. Kita katakan ‘orang lain’ karena guru bukan saja menjadi teladan bagi anak didiknya, yaitu sejumlah murid yang kebetulan dipercayakan kepadanya dalam sebuah kelas di suatu sekolah tertentu; tetapi karena ia harus menjadi teladan bagi semua orang yang setiap hari bergaul dengannya dalam masyarakat luas. Dalam pengertian ini, guru bukan saja seorang pengajar yang dari jam sekian sampai jam sekian berbicara di depan kelas dan memberikan berbagai ilmu pengetahuan yang bermutu kepada anak didiknya. Lebih dari itu, guru adalah seorang contoh, yang dengan tindakan-tindakannya memberi teladan kepada orang lain. Dan tugas ini jelas tidak terbatas dalam suatu ruangan tertentu, dalam sebuah kelas saja. Tugas ini harus dipikulnya setiap saat ke mana ia pergi. Dengan kata lain guru sebagai teladan, bukan saja dalam batas waktu dan ruang tertentu di depan sekelompok orang saja, tetapi jauh lebih luas, ia harus senantiasa berakting dalam suatu lingkungan yang lebih besar dan bervariasi.

GURU ADALAH PEMIMPIN

Fungsi pertama dan utama dari seorang guru adalah sebagai “Pemimpin”. Dalam segala aspek kehidupan sebagai guru, ia harus benar-benar menjadi seorang pemimpin bagi anak-anak didiknya. Pemimpin dalam artian Pembimbing. Gurulah yang memimpin dan mendidik anak-anak didiknya menuju suatu kebaikan hidup tertentu yang akan dicapainya.

Tentang tugas guru sebagai pemimpin ini, Soekarno menulis: “Pemimpin! Guru! Alangkah hebatnya pekerjaan menjadi pemimpin di dalam sekolah atau masyarakat, menjadi guru di dalam arti yang spesial, yakni menjadi pembentuk akal dan jiwa anak-anak!” Benar! Karena guru yang pemimpin adalah seorang yang memiliki kemampuan dan kepandaian khusus untuk membentuk watak dan kepribadian orang lain. Guru yang pemimpin adalah dia yang selain mahir mengajar ilmu pengetahuan kepada anak didiknya, juga terutama yang dengan cara-cara tertentu dapat mempengaruhi orang lain untuk mengikuti suatu aturan dan hukumnya. “Pendidik ialah orang yang oleh tindakan-tindakannya yang tertentu hendak memanusiakan manusia muda”. Demikian kata seorang pemimpin dan pendidik yang handal itu.

Seorang guru yang pemimpin adalah yang dengan caranya ia sanggup menunjukkan apa-apa yang baik dalam diri orang lain. Dan dengan itu ia dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki orang itu. Ada guru yang bisa mengajarkan segala macam ilmu kepada orang lain. Tetapi ia belum tentu sanggup mengatakan kepada orang lain tentang kemungkinan-kemungkinan yang baik dalam diri mereka, bagaimana mereka dapat memanfaatkan fungsi-fungsi kehidupan mereka dengan lebih berguna. Ia pun bisa mengajar orang sampai mencapai taraf kepintaran tertentu. Tetapi belum pasti ia juga sanggup mendidik anak didiknya menjadi lebih baik menurut kriteria moral objektif tertentu.

Guru yang pemimpin bukan saja orang yang tahu bagaimana cara mengajar yang terbaik bagi orang yang belum tahu apa-apa, tetapi orang yang terus mencari bagaimana metode terbaik untuk mendidik orang yang terus-menerus berbuat kesalahan.

Soekarno : “Guru yang sifat hakikatnya hijau akan “beranak merah”. artinya Guru yang mempunyai kepribadian yang baik akan melahirkan manusia-manusia yang berkepribadian. Guru-guru yang tidak mempunyai kepribadian akan melahirkan manusia-manusia yang lebih kerdil dari dirinya sendiri. Guru-guru yang kurang tertib akan menurunkan gembong-gembong yang tidak tahu aturan dan tidak tahu menghargai waktu. Guru-guru yang kasar akan melahirkan figur-figur yang berperasaan tumpul serta tidak tahu menghargai kebaikan orang lain. Guru-guru yang suka berbohong akan menurunkan manusia-manusia yang tidak pernah mengerti apa arti kejujuran. Dan guru-guru yang senang memilih muka dalam tindakan-tindakannya akan mewariskan kelompok-kelompok yang tidak pernah tahu menghargai keadilan serta menghormati hak orang lain. Guru-guru yang suka bekerja dan mengajar secara improvisasi akan melahirkan manusia-manusia yang tidak tahu bekerja menurut rencana. Dan guru-guru yang suka bicara dan berkelakar kotor serta tidak senonoh di depan murid-muridnya akan melahirkan manusia-manusia yang tidak memiliki cara pikir yang ilmiah, selain berpikir santai dengan akibat sampingnya menjurus ke manusia bermental “easygoing” atau yang suka hal yang mudah saja. Nah bagaimana jika al hasil dari bermacam type guru ini menjadi pemimpin di masyarakat?

Kembali lagi ke “guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. Kedengarannya kasar, lucu, menyakitkan. Tapi benar!. Kita kembali ke soal kita. Guru adalah pemimpin. Dialah yang membangkitkan daya-daya yang ada dalam diri anak didiknya. Daya-daya itu masih tidur dan belum berfungsi sebagaimana mestinya. Pendidikan yang salah bisa saja memberi bentuk yang salah pada potensi-potensi yang ada itu. Dan itu berarti deviasi fungsi, satu penyelewengan fungsi tertentu karena salah bina atau salah bentuk. Guru mempunyai tugas justru untuk memberi bentuk yang tepat pada fungsi-fungsi itu. Dan memberi bentuk yang tepat berarti memberi fungsi yang tepat dan sesuai dengan hakikat dasarnya.

Di sinilah tugas guru yang paling berat. Ia sebagai pemimpin harus memberi motif-motif yang benar dan baik pada semua daya kehidupan yang ada dalam diri anak didiknya. Ia harus menjelaskan dari awal memang, mengapa Allah SWT menciptakan manusia dengan dua tangan, untuk apa telinga, untuk apa mata, mulut, kaki, dsb. Tanpa memberi motif yang benar tentang semuanya itu, termasuk yang penting mengenai fungsi-fungsi kehidupan yang lebih hakiki, seperti kebebasan dan tangggung jawab, kemungkinan besar akan terjadi, entah orang tidak tahu menggunakannya menurut dorongan nalurinya semata.

PENUTUP

Pertanyaan kita sudah terjawab, sekarang mari kita bersama berfikir bagaimana untuk menjadi guru yang lebih baik, serta dapat menjadi dan menghasilkan pemimpin yang baik pula. Dengan demikian Krisis Moral di Indonesia akan dapat di kurangi. Terima kasih.

Read More......

About Me

My photo
Saya yang dulu bersekolah di SD 016 Seb. Gunung, yang sering pergi sekolah tanpa menyelesaikan PR, tak mengerti apa-apa tentang sesuatu yang tak mungkin aku pikirkan.